-->

Halaman

    Social Items



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial karena manusia merupakan makhluk yang di dalam hidupnya tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Manusia dikatakan makhluk sosial, juga dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, serta adanya kebutuhan sosial (socialneed) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Semua itu seringkali didasarioleh kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing.[1]

Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan hidup yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai keterampilan- keterampilan sosial dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya.

Keterampilan sosial dan penyesuaian diri menjadi semakin penting, apalagi sikap kepedulian kita ketika sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas, dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Hal ini dikarenakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita tidak  bisa terlepas dari keterampilansosial.[2]

Keterampilan social (social skill) merupakan bagian dari kecerdasan emosional (EQ) seseorang.  Kecerdasan emosional sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Keterampilan social, baik secara langsung maupun tidak langsung membantu seseorang untuk dapat menyesuaikan diri dengan standar harapan masyarakat dalam norma-norma yang berlaku di sekelilingnya atau istilah lainnya bias menjadikan seseorang untuk tetap mampu bertahan dalam kehidupannya meski dengan berbagai keadaan dan situasi  (survival). Kemamp- uan mengelola emosi minimal  dapat menghantarkan seseorang bertahan dalam mengatasi kesulitan, menghadapi tantangan atau mampu merespon kesulitan yang dihadapinyadengan baik.[3]

Social skill bukanlah kemampuan yang dibawa individu sejak lahir, tetapidiperoleh melalui proses belajar, baik belajar dengan orang tua, sebagai figur orang yang paling dekat maupun belajar dari teman sebaya dan lingkungan masyarakat. Social skill tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, member atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan lain sebagainya.[4]

Menurut Parvez Ahmad dan Mohd Yaseen, pustakawan harus memiliki keterampilan manajerial yang terdiri dari keterampilan teknis, social skill & keterampilan konseptual. Keterampilan teknis merupakan proses ataupengeta-huan teknik dan kecakapan dalam bidang khusus. Keterampilan ini penting bagi seorang pustakawan karena untuk menjadikan sebuah perpustakaan yang profesional pustakawan harus benar-benar mengetahui tentang perpustakaan dan ilmu-ilmu di bidang perpustakaan. Social skill merupakan kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan orang-orang. Karena pustakawan berhubungan langsung dengan orang-orang, maka keterampilan ini sangat penting bagi pustakawan sehingga akan memperoleh loyalitas kunjung pemustaka.[5]

Seorang pustakawan juga harus memiliki keterampilan konseptual yang mengacu pada kemampuan untuk mengambil pandangan yang luas dan berpandangan jauh untuk organisasi dan masa depannya, kemampuannya untuk berpikir secara abstrak, kemampuannya untuk menganalisis kekuatan yang bekerja dalam situasi, kemampuan kreatif dan inovatif dan kemampuannya untuk menilai lingkungan dan perubahan yang terjadi di dalamnya. Dengan demikian, keterampilan teknis yang menyangkut tentang perpustakaan, keterampilan manu-sia menyangkut orang, dan konseptual menyangkut perhatian. Maka dari itu, keterampilan menejerial harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk menjadikan perpustakaan yang berkualitas.

Menurut Endang Fatmawati, pustakawan sebagai public pelayan masyarakat tentu banyak sekali kejadian maupun pengalaman saat berinteraksi dengan pengguna baik pengalaman yang baik maupun pengalaman yang buruk. Sedangkan pustakawan juga dituntut mampu mengenali perasaanya sendiri dan perasaan orang lain (pemustaka). Hal ini penting agar pustakawan mampu mengatasi tantangan dan tekanan dengan baik dari dalam maupun luar perpustakaan. Dari kesadaran itulah, pentingnya kepemilikan social skill bagi pustakawan. Pada era informasi ini, pustakawan harus mempunyai kemampuan melihat dunia luar dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Pustakawan harus memiliki social skill untuk meningkatkan intuisi, kepekaan ketika bekerja agar dapat memperoleh loyalitas kunjung dari pemustaka.[6]

Situasi yang ideal akan terwujud apabila pustakawan mengetahui kebutuhan dan hal apa yang diinginkan oleh pemustaka,terkadang pemustaka enggan menanyakan sesuatu kepada pustakawan tentang keperluan informasi yang dicari, pustakawan yang memiliki social skill yang tinggi akan tau gerak-gerik pemustaka melalui sikap pemustaka tersebut, oleh karena itu, pustakawan wajib memulai interaksi dengan pemustaka dan menanyakan tentang informasi yang dibutuhkan. Seorang pustakawan harus memiliki sociall skill yang tinggi, dengan adanya social skill, maka pengguna akan loyalitas  datang ke perpu-stakaan.[7]

Seorang pemustaka itu dapat dikatakan sebagai pemustaka yang loyal apabila seorang Pemustaka tersebut mempunyai komitmen yang kuat untuk kembali lagi ke perpustakaan, pustakawan    harus   mengetahui   bagaimana   cara   yang   harus   ditempuh    untuk membentuk loyalitas pelanggan (pemu-staka). Cara yang paling klasik digunakan untuk membentuk loyalitas pelanggan dapat dimulai dengan memberikan pelayanan dan komunikasi yang baik dengan pemustaka.Menurut Chris dan Powerdi kutip dari Samsul Bahrikepuasan konsumen merupakan komponen yang sangat menentukan bagi loyalitas,ia hanyalah satu dari banyak faktor yang menentukan apakah seorang calon pelanggan akan tetap setia atau segera berbalik pada kesempatan pertama.[8]

Social skill  pada dasarnya mencakup pelayanan yang diberikan perpus-takaan  kepada penggunanya yang disertai dengan  upaya yang profesional untuk menyiapkan layanan untuk kepuasan pemustaka. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah, adil, cepat, tepat dan dengan etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi yang menerima. Pelayanan yang baik juga menjadi kewajiban utama setiap perpustakaan, mereka menyadari bahwa pelanggan itu adalah raja sehingga selalu berusaha memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan dengan selalu ramah, sigap dan selalu memberikan informasi yang dibutuhkan pelanggan.[9]

Social skill pustakawan juga sangat mempengaruhi terhadap loyalitas Kunjung pengguna, Keterlangsungan layanan referensi menuntut harus tingginya social skill untuk berorientasi dengan pengguna,artinya layanan yang tidak hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan pengguna,tetapi juga mampu mengetahui jenis kebutuhan informasi pengguna dan menciptakan pola interaksi yang baik dan lancar,sehingga tercipta loyalitas pada pengguna perpustakaan.[10]

Menurut hasil observasi awal yang peneliti lakukan dibagian pelayanan referensi perpustakaan Unsyiah, ditemukan bahwa pustakawan masih kurang maksimal dalam penerapan sosial skill, peneliti melihat saat pemustaka kesulitan dalam penelusuran koleksi bahan pustaka, rasa kepedulian  atau sosial pustakawan masih belum terlihat, semestinya seorang pustakawan yang professional harus memberikan pelayanan yang maksimal kepada pemustaka,hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat loyalitas  pengguna perpustakaan.

Meneurut hasil wawancara awal peneliti dengan pihak perpustakaan Unsyiah, dalam rangka memaksimalkan dan menciptakan profesionalitas/social skill pustakawan, perpustakaan Unsyiah telah memberikan pelatihan-pelatihan tentang pelayanan yang didasari pada undang-undang no. 43 tahun 2007 , pasal 14 ayat 1 tentang Perpustakaaan.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas , peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang pengaruh sosial skill pustakawan  terhadap loyalitas kunjung pemustaka di bagian pelayanan referensi UPT. Perpustakaan Unsyiah.

 full: Contact Us

PENGARUH SOCIAL SKILL TERHADAP LOYALITAS KUNJUNG PEMUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial karena manusia merupakan makhluk yang di dalam hidupnya tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Manusia dikatakan makhluk sosial, juga dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, serta adanya kebutuhan sosial (socialneed) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Semua itu seringkali didasarioleh kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing.[1]

Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan hidup yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai keterampilan- keterampilan sosial dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya.

Keterampilan sosial dan penyesuaian diri menjadi semakin penting, apalagi sikap kepedulian kita ketika sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas, dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Hal ini dikarenakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita tidak  bisa terlepas dari keterampilansosial.[2]

Keterampilan social (social skill) merupakan bagian dari kecerdasan emosional (EQ) seseorang.  Kecerdasan emosional sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Keterampilan social, baik secara langsung maupun tidak langsung membantu seseorang untuk dapat menyesuaikan diri dengan standar harapan masyarakat dalam norma-norma yang berlaku di sekelilingnya atau istilah lainnya bias menjadikan seseorang untuk tetap mampu bertahan dalam kehidupannya meski dengan berbagai keadaan dan situasi  (survival). Kemamp- uan mengelola emosi minimal  dapat menghantarkan seseorang bertahan dalam mengatasi kesulitan, menghadapi tantangan atau mampu merespon kesulitan yang dihadapinyadengan baik.[3]

Social skill bukanlah kemampuan yang dibawa individu sejak lahir, tetapidiperoleh melalui proses belajar, baik belajar dengan orang tua, sebagai figur orang yang paling dekat maupun belajar dari teman sebaya dan lingkungan masyarakat. Social skill tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, member atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan lain sebagainya.[4]

Menurut Parvez Ahmad dan Mohd Yaseen, pustakawan harus memiliki keterampilan manajerial yang terdiri dari keterampilan teknis, social skill & keterampilan konseptual. Keterampilan teknis merupakan proses ataupengeta-huan teknik dan kecakapan dalam bidang khusus. Keterampilan ini penting bagi seorang pustakawan karena untuk menjadikan sebuah perpustakaan yang profesional pustakawan harus benar-benar mengetahui tentang perpustakaan dan ilmu-ilmu di bidang perpustakaan. Social skill merupakan kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dengan orang-orang. Karena pustakawan berhubungan langsung dengan orang-orang, maka keterampilan ini sangat penting bagi pustakawan sehingga akan memperoleh loyalitas kunjung pemustaka.[5]

Seorang pustakawan juga harus memiliki keterampilan konseptual yang mengacu pada kemampuan untuk mengambil pandangan yang luas dan berpandangan jauh untuk organisasi dan masa depannya, kemampuannya untuk berpikir secara abstrak, kemampuannya untuk menganalisis kekuatan yang bekerja dalam situasi, kemampuan kreatif dan inovatif dan kemampuannya untuk menilai lingkungan dan perubahan yang terjadi di dalamnya. Dengan demikian, keterampilan teknis yang menyangkut tentang perpustakaan, keterampilan manu-sia menyangkut orang, dan konseptual menyangkut perhatian. Maka dari itu, keterampilan menejerial harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk menjadikan perpustakaan yang berkualitas.

Menurut Endang Fatmawati, pustakawan sebagai public pelayan masyarakat tentu banyak sekali kejadian maupun pengalaman saat berinteraksi dengan pengguna baik pengalaman yang baik maupun pengalaman yang buruk. Sedangkan pustakawan juga dituntut mampu mengenali perasaanya sendiri dan perasaan orang lain (pemustaka). Hal ini penting agar pustakawan mampu mengatasi tantangan dan tekanan dengan baik dari dalam maupun luar perpustakaan. Dari kesadaran itulah, pentingnya kepemilikan social skill bagi pustakawan. Pada era informasi ini, pustakawan harus mempunyai kemampuan melihat dunia luar dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Pustakawan harus memiliki social skill untuk meningkatkan intuisi, kepekaan ketika bekerja agar dapat memperoleh loyalitas kunjung dari pemustaka.[6]

Situasi yang ideal akan terwujud apabila pustakawan mengetahui kebutuhan dan hal apa yang diinginkan oleh pemustaka,terkadang pemustaka enggan menanyakan sesuatu kepada pustakawan tentang keperluan informasi yang dicari, pustakawan yang memiliki social skill yang tinggi akan tau gerak-gerik pemustaka melalui sikap pemustaka tersebut, oleh karena itu, pustakawan wajib memulai interaksi dengan pemustaka dan menanyakan tentang informasi yang dibutuhkan. Seorang pustakawan harus memiliki sociall skill yang tinggi, dengan adanya social skill, maka pengguna akan loyalitas  datang ke perpu-stakaan.[7]

Seorang pemustaka itu dapat dikatakan sebagai pemustaka yang loyal apabila seorang Pemustaka tersebut mempunyai komitmen yang kuat untuk kembali lagi ke perpustakaan, pustakawan    harus   mengetahui   bagaimana   cara   yang   harus   ditempuh    untuk membentuk loyalitas pelanggan (pemu-staka). Cara yang paling klasik digunakan untuk membentuk loyalitas pelanggan dapat dimulai dengan memberikan pelayanan dan komunikasi yang baik dengan pemustaka.Menurut Chris dan Powerdi kutip dari Samsul Bahrikepuasan konsumen merupakan komponen yang sangat menentukan bagi loyalitas,ia hanyalah satu dari banyak faktor yang menentukan apakah seorang calon pelanggan akan tetap setia atau segera berbalik pada kesempatan pertama.[8]

Social skill  pada dasarnya mencakup pelayanan yang diberikan perpus-takaan  kepada penggunanya yang disertai dengan  upaya yang profesional untuk menyiapkan layanan untuk kepuasan pemustaka. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah, adil, cepat, tepat dan dengan etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi yang menerima. Pelayanan yang baik juga menjadi kewajiban utama setiap perpustakaan, mereka menyadari bahwa pelanggan itu adalah raja sehingga selalu berusaha memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan dengan selalu ramah, sigap dan selalu memberikan informasi yang dibutuhkan pelanggan.[9]

Social skill pustakawan juga sangat mempengaruhi terhadap loyalitas Kunjung pengguna, Keterlangsungan layanan referensi menuntut harus tingginya social skill untuk berorientasi dengan pengguna,artinya layanan yang tidak hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan pengguna,tetapi juga mampu mengetahui jenis kebutuhan informasi pengguna dan menciptakan pola interaksi yang baik dan lancar,sehingga tercipta loyalitas pada pengguna perpustakaan.[10]

Menurut hasil observasi awal yang peneliti lakukan dibagian pelayanan referensi perpustakaan Unsyiah, ditemukan bahwa pustakawan masih kurang maksimal dalam penerapan sosial skill, peneliti melihat saat pemustaka kesulitan dalam penelusuran koleksi bahan pustaka, rasa kepedulian  atau sosial pustakawan masih belum terlihat, semestinya seorang pustakawan yang professional harus memberikan pelayanan yang maksimal kepada pemustaka,hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat loyalitas  pengguna perpustakaan.

Meneurut hasil wawancara awal peneliti dengan pihak perpustakaan Unsyiah, dalam rangka memaksimalkan dan menciptakan profesionalitas/social skill pustakawan, perpustakaan Unsyiah telah memberikan pelatihan-pelatihan tentang pelayanan yang didasari pada undang-undang no. 43 tahun 2007 , pasal 14 ayat 1 tentang Perpustakaaan.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas , peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang pengaruh sosial skill pustakawan  terhadap loyalitas kunjung pemustaka di bagian pelayanan referensi UPT. Perpustakaan Unsyiah.

 full: Contact Us
Baca Juga
Load Comments